BERITA
penulis bukan seorang yang menghambakan dirinya menjadi seorang punk, punk bukan agama bagi penulis tapi menurut nya punk adalah cara kita menyikapi hidup ini dengan tidak tergantung pada orang lain, belajar untuk lebih cerdas dan mencari sesuatu yang tidak membunuh kita secara perlahan.Mencari sesuatu yang membuat kita tidak mudah terkontaminasi dengan dogma2 sesat yang dibuat oleh mereka,mereka yang merasa menjadi tuhan dan pengatur dunia ini. terus mempelajari kehidupan ini layaknya seorang manusia yang yang mempunyai akal sehat dan mempunyai hati nurani yang manusiawi. punk hari ini bagi penulis bukan punk tempo dulu di inggris atawa punk yang membuat keonaran di sana sini.
saat ini punk menurut penulis adalah punk yang memerangi kebodohan yang telah masuk ke otak dan meracuni kawan2 punker yang terjebak dengan stigma bahwa punk adalah perusuh, punk bukan pemberani semu yang bersembunyi di balik tirai kebebasan dan meneriakan sesuatu yang utopis dan khayalan sesat.punk hari ini bagi penulis bukan sex pistol, karena punk hari ini bagi penulis bukan sampah2 yang melekat di badan tampa arti menjadi pelarian dan kebutuhan budaya pamer. punk hari ini bagi penulis bukan para poser dan begundal yang pengecut, yang menindas sesama dan menjadi jagoan layaknya preman. punk bukan berapa kali kau masuk penjara, tidak!!! itu preman bukan punk!!
belajarlah menjadi manusia layaknya seorang pemberani, belajar menjadi manusia yang tidak lari dari masalah. belajarlah menjadi manusia yang mempunyai kualitas person bukan menjadi target hitungan kuantitas yang di butuhkan oleh mereka yang memanfaatkan per kepalamu untuk tujuan busuk mereka dan meninggalkan kamu tergeletak di jalanan ketika kau sudah tidak di butuhkan lagi. tapi lawanlah mereka dengan intelektualitas, lawan mereka dengan pengetahuanmu, lawan mereka dengan cara bertahan hidupmu, karena kamu bukan pecundang tapi seorang punk.
punk hari ini bukan para begundal yang lari dari kehidupan nyata dan bertarung dengan identitas semu. berteriak di jalanan dan menuhankan alkohol layaknya seorang pecundang . menuhankan kata2 sampah sebagai penguat identitas, tidak itu bukan punk! itu seorang pengecut yang bermuka tebal dan memang mereka bukan punk tapi hanya seekor preman.
punk hari in bukan penghianat. berteriak tentang kebebasan diri tapi membunuh kebebasan orang lain.berteriak tentang penghargaan pluralitas ( perbedaan ) tapi melarang hak orang laen untuk berbicara. berbicara tentang etos D.I.Y ( semangat kemandirian ) tapi dengan nyata masih menjadi benalu bagi oran lain. berteriak tentang kemerdekaan diri tapi melarang hak orang lain untuk merdeka, berteriak tentang pemberontakan jiwa tapi menjerumuskan dirinya ke dalam kesesatan yang sebenarnya.
Anak Punk: Apa Salah Kami!
11
Feb
Kami hidup di alam kami. Kami tidak pernah mengganggu kalian, dan kami juga hidup tidak meminta bantuan kalian, kami makan dengan cara kami, lalu mengapa kalian memusuhi dan selalu menghina kami. Seolah-olah, kami anjing kurap yang harus dibasmi!
Anak punk,
punky group, anak gaul, anak nge-punk atau sejenisnya. Siapa yang tidak
mengenal mereka. Sekelompok anak muda dengan tampilan yang berbeda.
Rambut bergarna, anting-anting yang nyaris menghiasi seluruh tubuh,
seperti lidah, bibir hingga hidung, tampil eksentrik dengan penuh
percaya diri, tidak peduli kehadiran mereka yang “aneh” itu terkadang
dibenci oleh masyarakat disekitarnya.
Anak punk,
merupakan sebuah indentitas anak-anak muda yang ingin diperhatikan,
ingin diakui dan mendapat “tempat” dihati masyarakat.
Namun
sayang, rasa ingin diperhatikan ini justru dipandang lain oleh sebagian
kita yang katanya memiliki toleransi dan saling menghargai.
Mari kita
lihat kehidupan mereka, tidur tak ber-alaskan langit, dan singgah
dimanapun tempat yang dapat disinggahi untuk dapat berteduh dari
teriknya matahari, derasnya air hujan dan tidak sedikit mereka mencari
tempat untuk berlindung dari kejaran masyarakat.
Tapi mereka
tetap bertahan dengan kemampuan mereka. Di Aceh, saya sempat melihat
bagaimana mereka mengamen untuk mencari sesuap nasi agar terhindar dari
tindakan kriminal.
“Dari pada
dicuri, lalu ditangkap polisi, mending kami ngamen walau terkadang orang
berlari melihat kami,” kata salah seorang anak punk, saat saya tanyakan
perihal aktifitas mereka di bulan suci Ramadhan, tahun lalu.
Saya pribadi
senang mendengar jawaban tersebut. Saya Bangga, karena mereka juga
memiliki harga diri dari pada harus mengemis tidak di jalan-jalan.
Memang, harus diakui, imej
anak punk yang selama ini tersemat sebagai anak berandal, beringas,
kotor, penjahat jalanan hingga anak-anak buangan masih susah terkikis
dari OTAK masyarakat kita.
Walau ada
pemberitaan tentang pembunuhan, pencurian dan kejahatan yang dilakukan
oleh anak-anak punk, sebenarnya, apa yang mereka lakukan sangatlah kecil
persentasenya bila dibandingkan kejahatan yang dilakukan oleh
masyarakat umum.
Justru,
pelaku pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, lebih banyak dilakukan oleh
manusia-manusia yang katanya lebih baik dari anak-anak punk.
Mau bukti,
coba cek pemberitaan di media massa, setiap harinya ada pembunuhan,
pemerkosaan, pencuriaan hingga kejahatan sadis lainnya. Tapi, dari semua
pemberitaan itu, berapa persenkah kejahatan-kejahatan itu dilakukan
oleh anak-anak punk?
Masyarakat kita sudah SOK SUCI dengan mengatakan anak-anak punk adalah sampah masyarakat.
Bahkan tidak
sedikit, masyarakat kita berkata : “Tolong bersihkan kota ini dari
anak-anak berandal seperti anak punk. Kehadiran mereka merusak
kenyamanan dan menggangu pemandangan!”.
Pernyataan
diatas, bahkan, tidak sedikit keluar dari mulut para intelektual,
manusia bertitel ustad atau ketua agama lainnya, bahkan oleh
pejabat-pejabat negeri ini. Mereka seolah sudah berasa paling bersih
dibanding anak-anak punk.
Di Aceh,
kekesalan saya semakin bertambah saat seorang teman berkata : “Kehadiran
anak-anak punk adalah perusak Aceh dan dibayar untuk merusak syariat
Islam di Aceh”.
Sebuah pernyataan yang sangat memalukan dan menyakitkan.
Sekarang,
mari kita tanya hati kita, sejauh mana mereka mengganggu kita? sejauh
mana mereka menyusahkan kita? justru kitalah biang perusak kehidupan
mereka.
Anak-anak
punk, merupakan sebuah sikap atas anak-anak muda yang menginginkan
pengakuan terhadap status mereka. Mereka hadir sebagai anak punk pun
bukanlah lahir atas sendirinya. Tapi mereka hadir dan lahir atas sikap
masyarakat kita, atas sikap keluarga yang bersikap zalim terhadap
kehidupan mereka, sehingga mereka mencari “peralihan” cara agar mereka
bisa bertahan hidup.
Lingkungan
telah merubah mereka. Kehajatan rumah tangga (KDRT), ketidakadilan dalam
kehidupan masyarakat dan kezaliman lainnya yang mereka lihat dan mereka
rasakan langsung. DAN PAHAMKAH KITA AKAN INI!
Di Aceh, bahkan, anak-anak punk pun ditangkap dan digunduli. Mereka di bina oleh kepolisian.
Partanyaan
saya, mengapa mereka ditangkap, mengapa mereka digunduli? apa salah
mereka? Karena, tidak sedikit dari mereka juga menjalankan shalat lima
waktu, menjalankan puasa ramadhan, dan pastinya, ANAK PUNK TIDAK PERNAH KORUPSI!
Mereka ditangkap karena alasan masyarakat tidak nyaman atas kehadiran mereka.
Mengapa
bukan kita, masyarakat, yang membina mereka dengan berbagai kegiatan.
Membina mereka dengan aktifitas yang lebih bermanfaat. Bukan harus
ditangkap dan digunduli. Seolah-olah mereka adalah penjahat yang harus
dihabisi.
Bisa jadi,
kita, masyarakat yang menuduh mereka anak-anak “rusak” justru lebih
rusak dari anak-anak punk itu sendiri. Bahkan, para penangkap anak-anak
punk itu, belum tentu mereka melaksanakan shalat lima waktu. Dan belum
tentu tidak melakukan korupsi di kantornya.
Mari tanyakan hati kita!
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking